Hadapi Tekanan Ganda, Petani Apel Pasuruan Minta Pemerintah Kembalikan Alokasi Pupuk Bersubsidi

Media Berita Pasuruan – Petani apel di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, tengah menghadapi tekanan ganda akibat tingginya harga pupuk non-subsidi dan menurunnya produktivitas tanaman. Mereka mendesak pemerintah pusat agar mengembalikan komoditas apel ke dalam daftar penerima pupuk bersubsidi, seperti sebelumnya sebelum dikeluarkan dari skema bantuan.

Hadapi Tekanan Ganda, Petani Apel Pasuruan Minta Pemerintah Kembalikan Alokasi Pupuk Bersubsidi

Menurut para petani di Kecamatan Tutur dan Puspo — dua wilayah sentra penghasil apel di Pasuruan — harga pupuk non-subsidi kini melonjak hingga dua kali lipat dibanding tahun lalu. Kondisi itu membuat biaya produksi meningkat tajam dan mengancam keberlanjutan usaha tani apel.

“Dulu kami masih bisa beli pupuk urea dan NPK bersubsidi, tapi sekarang tidak bisa lagi karena apel dikeluarkan dari daftar komoditas prioritas. Akibatnya hasil panen turun, buahnya kecil dan cepat rontok,” ujar Slamet (52), petani apel asal Desa Ngembal, Senin (13/10/2025).

Baca Juga : Perkuat Mutu Pendidikan, Wali Kota Pasuruan Mas Adi Launching Program Sekolah PRIME

Produksi dan Harga Jual Turun

Selain masalah pupuk, para petani juga mengeluhkan harga jual apel yang belum membaik pasca-pandemi. Dalam satu musim panen, hasil produksi turun hampir 30 persen, sedangkan harga jual di tingkat petani berkisar Rp 8.000–10.000 per kilogram, jauh dari biaya produksi yang mencapai Rp 12.000 per kilogram.

“Kami rugi kalau begini terus. Kalau tidak ada pupuk bersubsidi, banyak petani yang akan beralih tanam sayuran atau bahkan berhenti sama sekali,” keluh Slamet.

Respons Pemerintah Daerah

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan, Nur Cholis, menyampaikan bahwa pihaknya telah menyampaikan aspirasi petani ke pemerintah provinsi dan pusat. “Kami sudah mengusulkan agar komoditas apel dimasukkan kembali dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) penerima pupuk bersubsidi tahun 2026,” ujarnya.

Ia menambahkan, apel merupakan komoditas unggulan Pasuruan yang berkontribusi besar terhadap ekonomi daerah. Sehingga layak mendapat perhatian lebih dalam kebijakan pertanian nasional.

Harapan Petani

Petani berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret agar mereka tidak terus merugi. Mereka juga meminta adanya program pendampingan teknis dan bantuan bibit unggul agar produksi apel lokal bisa bersaing dengan apel impor.

“Kalau pupuk kembali disubsidi, kami bisa bangkit lagi. Apel Pasuruan ini ikon daerah, jangan sampai hilang karena kebijakan yang tidak berpihak kepada petani,” tegas Slamet.

Dengan desakan ini, para petani berharap pemerintah pusat meninjau ulang kebijakan pupuk bersubsidi agar sektor hortikultura. Khususnya apel Pasuruan, tetap bertahan dan berdaya saing.

Exit mobile version