Media Berita Pasuruan – Suasana hangat dan kekeluargaan terasa di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 28 Kota Pasuruan, tempat 50 siswa menimba ilmu dengan penuh semangat. Sejak awal berdiri, sekolah ini dikenal dengan sistem boarding school atau asrama yang menekankan kedisiplinan, kemandirian, dan kebersamaan. Kini, para siswa mengaku betah dan kerasan menjalani kehidupan di sekolah tersebut.
Sempat Canggung, Kini Jadi Rumah Kedua
Kepala SRMP 28 Kota Pasuruan, Yuli Prihatini, mengakui bahwa pada masa awal pembelajaran, beberapa siswa sempat merasa kurang nyaman dengan sistem berasrama. “Memang ada sekitar lima hingga tujuh siswa yang awalnya kesulitan beradaptasi. Mereka belum terbiasa jauh dari orang tua dan hidup dengan aturan yang cukup ketat,” ungkap Yuli, Senin (20/10/2025).
Namun, berkat pendekatan personal yang dilakukan para guru, wali asrama, dan wali asuh, para siswa perlahan mulai menyesuaikan diri. Mereka didampingi dengan penuh perhatian, diberikan ruang untuk bercerita, dan diarahkan agar memahami makna kemandirian. “Sekarang semuanya sudah kerasan, tidak ada satu pun yang ingin mengundurkan diri,” tambahnya dengan bangga.
Baca Juga : Bahagia Wali Murid Sekolah Rakyat Kota Pasuruan Saat Anaknya Ikut MPLS
Sistem Boarding yang Humanis dan Edukatif
Salah satu keunggulan SRMP 28 adalah penerapan sistem boarding school yang menyeimbangkan antara pendidikan akademik, pembentukan karakter, dan kegiatan sosial. Para siswa tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga dilibatkan dalam aktivitas harian seperti kebersihan lingkungan, ibadah berjamaah, hingga pelatihan keterampilan dasar.
Guru sekaligus wali asrama, Slamet Widodo, mengatakan pendekatan humanis menjadi kunci keberhasilan sekolah ini. “Kami tidak hanya menjadi pengajar, tapi juga orang tua kedua bagi anak-anak. Kami mendidik dengan hati,” ujarnya.
Kenyamanan dan Kebersamaan Jadi Kunci
Salah satu siswa, Rizky (14), mengaku kini betah tinggal di asrama. “Dulu saya sempat ingin pulang karena kangen rumah. Tapi sekarang sudah senang di sini, banyak teman dan kegiatan seru,” katanya.
Menurut Yuli, rasa nyaman para siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pendidikan berbasis asrama yang diterapkan SRMP 28. Ia berharap ke depan sekolah ini dapat menjadi contoh bagi lembaga pendidikan lain dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, menyenangkan, dan membentuk karakter kuat bagi generasi muda.
“Sekolah ini bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab,” tutupnya.
