Pasuruan – Normalisasi sungai di wilayah Pasuruan mengalami hambatan akibat fenomena kemarau basah yang masih berlangsung hingga pertengahan Juni 2025. Pengerukan yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau kini harus ditunda karena debit air di sejumlah daerah aliran sungai (DAS) masih tinggi. Kondisi ini tidak ideal untuk pelaksanaan normalisasi karena berisiko membahayakan proses pengerjaan di lapangan.
Menurut Anton Dharma, Kepala UPT Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Wilayah Sungai Welang–Pekalen Pasuruan, proses normalisasi seharusnya melakukan usai musim hujan saat debit air menurun. Namun kondisi cuaca yang masih sering mengguyur hujan membuat debit sungai tetap tinggi dan berbahaya jika pengerukan paksa
“Debit meninggi jadi kendala kami untuk normalisasi sungai. Kondisi ini sangat tidak ideal untuk pengerukan,” ujar Anton, Rabu (19/6/2025).
Adapun sungai yang direncanakan untuk dinormalisasi tahun ini meliputi:
-
Sungai Rejoso Hilir
-
Sumber Made
-
Sungai Petung
Ketiga lokasi sungai yang meliputi Sungai Rejoso Hilir, Sumber Made, dan Sungai Petung termasuk dalam proyek normalisasi prioritas yang telah merancang oleh UPT PSDA Wilayah Sungai Welang–Pekalen Pasuruan. Ketiganya memiliki peran penting dalam sistem irigasi pertanian di wilayah Pasuruan serta menjadi titik rawan banjir saat musim hujan. Oleh karena itu, pelaksanaan normalisasi sangat krusial untuk mencegah kerusakan infrastruktur dan mengurangi risiko banjir.
Sungai Rejoso hingga Petung Masuk Prioritas, Tapi Pengerukan Tertunda
Kepala UPT PSDA, Anton Dharma, menyebutkan bahwa selain kendala cuaca akibat fenomena kemarau basah, pihaknya juga tengah menghadapi tantangan efisiensi anggaran. Anggaran yang terbatas membuat jadwal pengerjaan harus lebih selektif dan efisien. Meski begitu, ia menegaskan bahwa program normalisasi masih akan laksanakan dalam tahun anggaran 2025, hanya saja perlu penyesuaian waktu pelaksanaan.Masih dalam rencana tahun ini. Kami juga siapkan normalisasi di tiga lokasi irigasi sebagai bagian dari progres pelaksanaan,” jelas Anton.
Kemarau Basah Jadi Penghambat Utama Proyek Normalisasi Sungai di Pasuruan
Fenomena kemarau basah di mana curah hujan masih tinggi walaupun sudah masuk musim kemarau—menjadi hambatan tersendiri bagi proyek-proyek infrastruktur air seperti pengerukan sungai. Debit air yang masih tinggi membuat pengerjaan normalisasi berisiko, baik dari sisi keselamatan maupun efektivitas teknis.
Baca Juga : Puluhan Warga Binaan Lapas Pasuruan Dapat Kado Istimewa, Langsung Bebas
UPT PSDA: Normalisasi Sungai Masih Menjadwalkan Tahun Ini
Pemerintah daerah dan UPT PSDA mengimbau warga khususnya yang tinggal di sekitar DAS Rejoso dan Petung. Untuk tetap waspada terhadap potensi banjir lokal. Saat ini, pihak UPT masih terus melakukan pemantauan kondisi sungai secara berkala dan siap memperbarui jadwal pengerjaan sesuai dengan perkembangan cuaca di lapangan.